via (ache)
11/12/09. Enam deretan angka itu tertera pada ponselku. Melahirkan sebuah gejolak aneh yang sangat aku benci.
Aku menyerah. Malam ini aku benar-benar kalah telak. Hanya enam deret angka, tapi mampu menghancurkan keegoisan serta keyakinan yang menghiasi wajah dan hatiku selama beberapa bulan terakhir.
Mungkin dia lupa. Malam itu, kami pernah merajut mimpi bersama… Di sela pepesan kosong dan tawa, kami mencetuskan tanggal 11/12/13 sebagai hari pernikahan kami. Kami tertawa dan saling memandang, melayangkan angan-angan. Lelaki itu, mengajarkan aku untuk bermimpi. Untuk meletakan cita-cita pada satu bagian di hati.
DING!
Seseorang di ujung sana menekan ikon tanda seru. Buzz.
Bima :Still there?
elytra : sure I am. Hari ini harusnya jadi hari penting, Bim. Tapi tidak lagi :D
Bima : Ada apa, El? Wanna talk? Malam masih panjang. Just start :)
Kamu, selalu sabar duduk di bangku itu. Yang kamu bilang berada tepat di seberang pintu, sebelah tempat tidurmu. Bangku yang belum pernah aku lihat. Kamu mendengar, menanggapi, menciptakan seulas senyum yang kemudian berubah jadi tawa. Bersikap seolah ceritaku tentang laki-laki 11/12/13 ini adalah hal yang baru, padahal pada malam yang random aku selalu menggerutu.
Semuanya terasa sangat benar, Bim. Namun jarak selalu membuatku gamang. garis pulau dan laut dalam peta menunjukkan bahwa bukan hanya dinding yang membatasi kita. Percayalah, aku siswa terburuk dalam kelas peta buta. Hingga aku simpulkan analogi dangkal yang selalu berusaha kuyakini.. Long distance, didn’t works for me.
Bima : El? just start. Kita habiskan malam sehabis-habisnya ;)
I hate long distance too... for me, distance keeps heart but doesn't keep any from relationship within.
ReplyDeletehahahihihuhu tangankukakukaku *syalalaa..
ReplyDelete