terkadang, mungkin kamu mengharapkan seseorang melakukan sesuatu tapi kamu tidak mau membuka pintu. your unconscious mind acting like that and you don't even know.
mungkin aku pembangkang. tapi jika memang tidak ada kesempatan, mengapa tidak katakan agar aku tidak perlu mengusahakan. aku luput dari kenyataan bahwa suaraku kian menipis setiap kali aku menorehkan ketidakmampuan.
you creating your circle and restraining me with a blurry line. you didn't looked at me, not even stole a glance. and conjuring me into something you may not like. it's harsh, yet feels so annoy when once i thought you do it on purpose. did you?
or maybe i'm the one to blame. for being a high-strung bastard that disappointing you even more.
bilaku membuka pintu, kau pun belum tentu mau, melihat apa yang ada di dalamnya, seperti melihat hatiku yg belum siap untuk menerima. bilaku membuka pintu, dan masuk dengan atau tanpa seizinku, bukan tak mungkin kau akan menjerit, dan berlari meninggalkanku. maka kupelihara hatimu di halamanku, di mana seribu taman seluas hutan menjadi atap dan alasmu, selagi aku, membenahi ruang di balik pintu yang ku ingin kau tak masuk dulu. bijak rasanya bila kau tetap berpijak di sana, karena aku juga tak sebodoh itu untuk membiarkanmu pergi dengan sibuk merapikan yang di dalam, tanpa pernah menengok apa yang terjadi di luar. tak ada yang salah, kecuali kita yang kadang lupa untuk membuka tirai jendela, dan ada seseorang lain menunggumu untuk melunturkan ego, tersenyum, merangkulkan tawa, dan siklus akan kembali ke sediakala, setiap hubungan punya problematikanya sendiri, dan setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. ketidaknyamanan ini jangan jadi zona nyaman kita, karena setiap orang juga punya kemampuan untuk memahami kelebihan dan kekurangan orang lain, maka kita bawa siklus hubungan ini ke arah yang makin baik, baik, dan makin baik tiap harinya. amin.
ReplyDelete