Waktu itu, seiring runtuhnya tembok Berlin di Jerman, pecahnya Uni Soviet karena glasnost dan perestroika, ada yang ingin mengabadikan yang tersisa dari masa komunisme sebagai memorabilia. Pecahan tembok Berlin jadi rebutan dan dijual orang. Beberapa majalah mode terkemuka memasang foto model-model cantik yang berpose di depan patung besar berbentuk palu-arit. Beberapa waktu kemudian gambar tokoh revolusioner Che Guevara menyebar di mana-mana, dijual dalam bentuk poster dan menjadi gambar t-shirt yang dengan gampang bisa didapat dari Toscana sampai Paris, dari Lake Como sampai Milan.
Di negeriku, semua menjadi hal yang serius. Aku masih sering mendengar, seseorang ditangkap karena menyimpan buku tertentu, beberapa mahasiswa jadi buron karena membuat kalender yang entah bagaimana terselip gambar palu-arit, dan seterusnya. Ah, sebuah tempat yang kucinta, yang kadang kutangisi karena kebodohannya.
(Diambil dari Kumpulan Cerpen "Sarabande", karya Bre Redana)
No comments:
Post a Comment