“Beberapa perempuan berpikir bahwa cantik itu sudah cukup,” ujarnya. Seorang laki-laki Leo yang sejauh pengetahuanku tidak terlalu nyaman terikat dalam komitmen.
“Untuk beberapa laki-laki pun, perempuan itu cukup cantik saja,” selorohku.
Lalu kami sepakat bahwa… case closed. They’re meant to be together.
Perbincangan itu terjadi di salah satu sesi kopi sore. Kami memang sering sok-sok kontemplatif untuk semua hal, bahkan untuk yang paling tidak penting sekali pun. Dan obrolan sore ini, berawal dari lingkungan tempat kerja teman yang membuat ia merasa “berbeda”. Pernah merasa diri menjadi sangat “aneh” karena orang-orang di sekitar melakukan hal atau memiliki pandangan yang sangat berbeda? Ya, mungkin itulah yang ia rasakan.
Her office is a place where the beauty and style became the first thing you should have. Tidak ada yang salah, sih. Everybody has their own way to define happiness. Some people feel content when obtaining intelligence, while others feel the same when they’ve got the beauty or wealth.
Saya tidak bisa memutuskan mana dari ketiganya yang lebih baik. Yang terbaik itu ya mereka yang sungguh-sungguh berusaha meraih apa yang mereka inginkan. Terlepas dari “apa”, tapi mengenai “bagaimana”. Eh, mungkin yang terbaik itu mereka yang berhasil mendapatkan ketiganya, sih :p
Ngomong-ngomong tentang menjadi “berbeda”, mungkin semua orang juga pernah mengalami. Ketika nyemplung di suatu lingkaran dan mendapati diri sendiri sangat berbeda sampai-sampai terlihat “aneh”. Dan kenyataannya, banyak sekali hal yang nggak bisa diatasi hanya dengan ikut arus atau memaksakan kehendak. So for me, the easiest thing to do is… don’t bother. Untukmu perspektifmu dan untukku perspektifku :p
*Judul "Tea Talk" ini mungkin akan jadi beberapa edisi yang diisi cerita-cerita hasil ngobrol ngalor-ngidul sok kontemplatif bareng temen-temen. Karena saya selalu bingung milih judul, maka cerita-cerita yang didapat dari obrolan nyata itu akan dikelompokan di judul ini. Meskipun nggak selalu sambil ngeteh sih :p