Sunday, 18 September 2011

Everybody's Changing


(illustration via : weheartit)


“Jawaban hanyalah persinggahan dinamis yang bisa berubah seiring dengan berkembangnya pemahaman kita”
(Dee Lestari)

It’s very undoubtable that people change. Seperti saya yang kini mulai suka makan telur. Seperti teman yang datang dan pergi. Seperti dia yang akhirnya hidup berpasangan. Seperti Mimi yang kini bersama Momos :| Seperti perubahan lain yang tak ingin saya mengerti.

Well, hidup selalu memberikan kejutannya tanpa dapat dihindari. Begitu pula dengan serangkaian perubahan yang terjadi tahun ini. Hal yang menyadarkan diri saya bahwa saya terlalu banyak berdiam diri sementara yang lain berlari begitu cepat.


Ah. As time went on I hope that twenty-something phase of life can be lived more than 10 years. Then still plenty of time to enjoy these times. As we know, responsibility between those twenty-something and thirty-something people are totally two different things.


Saya tiba-tiba ingat. Baru saja malam tadi saya bilang pada seorang teman, simpan jauh-jauh tentang masa depan jika hanya membuatmu takut dan tak kunjung menjalani apa yang di depan mata. Lantas mengapa sore ini saya kasak-kusuk tak karuan tentang perubahan dan masa depan?
Alasannya adalah seorang teman dekat yang baru saja berbagi kisah tentang pengalaman kerja yang seolah meruntuhkan idealismenya. Juga pacar saya yang besok pagi terbang ke seberang pulau dalam rangka pekerjaan. Memang hanya seminggu saja, namun mulai saat ini saya harus terbiasa untuk ditinggal-tinggal. Atau justru saya pun segera harus meninggalkan “saya-di-masa-ini” karena tak lama ada kehidupan yang sangat berbeda menunggu dijalani.


Untuk perubahan itulah, kita tidak bisa menunggu diri hingga siap.


Still exciting to see how future will bring you, dear me? Definitely yes.

Approachttitude

Suatu sore di timeline saya hadir sebuah tweet beserta tweetlonger yang kurang lebih berbunyi : “PDKT kan saatnya #pencitraan, lakuin apa yang sebisa mungkin lo lakuin.” Kemudian di-retweet seseorang sambil berkata, “Tapi lebih susah mempertahankan daripada mendapatkan.” Lalu saya teringat sesuatu.
Ini sebenernya isu yang udah saya perhatikan sejak masa SMA. Proses ketika seseorang melakukan pendekatan pada lawan jenis yang mengada-adakan segala cara dan tidak menjadi diri sendiri
Banyak sosok, khususnya laki-laki (mungkin karena laki-laki terdoktrin untuk make a move duluan dan ingin si perempuan merasa nyaman bersama dia) memaksakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Dulu mantan pacar saya semasa SMA sering sekali meminjamkan kendaraan atau barang-barang lain pada teman yang akan menjemput gebetannya. Ya kalo memang keadaannya terdesak sih gak apa-apa. Masalahnya, kalau dia masih punya kendaraan yang berfungsi dengan baik? Menurut saya hal seperti itu tidak perlu.
Mungkin kamu pernah juga melihat seseorang yang pinjam uang untuk makan di restoran mewah, pinjem kendaraan untuk antar jemput gebetan, pinjam pakaian biar keliatan keren, to get impressed by someone they like. Too much pencitraan. Setelah itu apa? Kalau memang si perempuan akhirnya merasa nyaman dan mereka jadian, harus dipastikan dulu nyamannya oleh si laki-laki as a person atau oleh si barang-barang pinjaman? Not judging, tapi kan orang beda-beda. Cause approach-periods is the phase that introduces most of your life, if in the end you’ll end up together.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...