Wednesday, 1 December 2010

#1 The Pilot : the first key is to write

You must write your first draft with your heart. You rewrite with your head. The first key to writing is to write, not to think
- William Forrester dalam Film “Finding Forrester”

Sering saya blogwalking dan menemukan tulisan-tulisan yang inspiratif. Bicara politik, budaya, gejala sosial, ekonomi, hukum, budaya pop, dan lainnya dengan gak dangkal. Atau mereka yang bisa merepresentasikan kegamangan hidup dan memutar mood pembaca hingga terlarut dalam akrobat kata yang dirangkai.

Sementara saya ngerasa masih gini-gini aja. Ngeblog cuma buat mimpi, curhat, galau-galauan. Padahal buat nambah referensi tulisan, aksesnya gak terlalu sulit juga. Btork tiap edisi Majalah Tempo selalu beli, tapi palingan saya buka-buka dan baca yang saya suka doang. Itu pun dikit. Akses lain, internet. Internet kurang lengkap apa sih padahal? Oh, susah sekali kayanya mengupgrade diri sendiri.

Walaupun nulis makin terasa sulit, tapi sebenernya keinginan tetep tinggi. Ceritanya buat mancing nafsu nulis, beberapa kali saya bikin proyekan. Proyekan bikin blog baru di sini (sebelumnya pake multiply), proyekan ngeblog bareng temen-temen, proyekan ina-ini-itu. Ujung-ujungnya stuck lagi. Sekarang mendingan sih, sebulan dapet deh 5 posting.

via (ache)

Dulu saya bilang akan menulis (di blog) jika saya ingin. Tentang hal apapun dan tanpa paksaan. Kemudian bosan dan ingin menulis yang dapat bermanfaat. Eh ternyata mikir bagaimana cara membuat tulisan berguna buat orang itu malah menyurutkan hasrat posting. Dari situlah blog saya hiatus. Hasrat nulis tetap ada, tapi enggan diposting karena mikirnya.... Gak penting.

Kemudian lewatlah bisikan William Forrester kepada Jamal Wallace di Film “Finding Forrester” ke telinga saya. Mulailah menulis. Jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis.

Benar juga. Jadi saya coba tantangan yang sebenernya sejak berbulan-bulan lalu seliweran di timeline twitter saya. @maradilla adalah salah seorang penggagasnya. Dari beberapa bulan kemarin, kerap kali saya mikir buat ikutan misi #30harimenulis dan sedetik kemudian geleng-geleng kepala. Gak mungkin, ah. Di tengah deadline ina-ini-itu termasuk the deadly deadline : Skripsi. Tapi toh banyak orang hebat yang pasti lebih sibuk dari saya, berhasil menamatkan misi ini.

Kemudian makin sini makin penasaran. Sejauh apa saya bisa komit di sini. Mau gak mau sih ujung-ujungnya harus dianggap deadline beneran. Anggap aja tiap jam 12 malem #30harimenulis ini harus naik cetak.

So, yes it’s a dare. Kita lihat seberapa lama saya bertahan :D

5 comments:

  1. ini bener kak.. saya sangat suka banget sama post" kakak. mulanya waktu saya masih sma - belia. saya masuk dirubrik inspirasi... trus jadi suka liat nama" reportr belia (yg di sudut bawah). saya coba cari di fb trnyata dapat. dan seterusnya saya lebih dalam. stiap apa-apa yg dipost sama kaka, saya liat dan baca. maaf ya bukan saya aneh, tp cuma pengen beri tau aja. slain ka anelis saya juga suka liat update ka astri soeparyono... berkat belia. trimakasih ya, tulisannya banyak menginspirasi saya***

    ReplyDelete
  2. Wah, kamu pernah masuk rubrik Inspirasi? Saya baru tau, loh. hehe. Btw makasih apresiasinya, nanti saya disalamin ke Astri ya. Kamu, terus menulis :)

    ReplyDelete
  3. Mari menulis... saya ikutin misinya ya. tamatin sampai 30 donk..

    ReplyDelete
  4. semoga bisaaaa tamatin sampe 30 >.<

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...