Saturday 23 October 2010

sesuatu datang, lainnya hilang.

Tahukah kau bahwa aku merasa gamang ketika kau menyiratkan sebuah cahaya remang?

(via ache )

Saya tahu, setiap kedatangan akan disikapi dengan sebaliknya oleh hal yang lain. But in this case, saya tidak ingin yang satu hilang. Karena orang bilang, jangan memuskilkan rezeki yang datang padamu. Sama halnya dengan anjuran untuk tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang didapat. Namun kadang, hal-hal itu dapat mengaburkan kewajibanmu di hal yang lain.

Telah saya katakan bahwa saya sedang merasa gamang. Ada ketakutan-ketakutan yang pada akhirnya saya hadapi dengan menutup telinga. Yea I know that was totally wrong but my careless side worked toooo strong and too bad in this condition :(
Keberuntungan ini, pada akhirnya mendatangkan kepuasan bersama dengan kegamangan.

Ternyata keberuntungan yang berlebih juga bisa mencelakaimu.
Dan inilah cobaan sebenarnya. Menjaga agar hal terpenting itu, tidak akan pergi bersamaan dengan keberuntungan yang saya dapat.

... Saya mengepak semangat sambil menghela nafas yang terasa berat untuk kesekian kali. Tolong, yakinkan saya untuk bisa mengejar titik habis itu.

Tuesday 19 October 2010

it's your day!

19 Oktober, bisa berisi lagu yang terkesan menyedihkan. Atau peristiwa tabrakan kereta api di kawasan Bintaro 23 tahun silam. Tapi untukku, 19 Oktober 2010 adalah saat yang penting dimana ia terus bermetamorfosa ke jenjang selanjutnya, tepat saat usia hubungan kami menginjak 19 bulan.

Sore itu adalah kali pertama saya merasa antusias terhadap pertandingan bola. Melihat dia beraksi di lapangan, entah mengapa, terasa mengasikan. Melakukan dribble, memberikan assist, atau menendang ke gawang lawan dengan lantang.

Di hari lain saya melihatnya bernyanyi, setengah serius setengah bercanda, menirukan gaya seorang vokalis band ternama. Saya yang tidak suka keramaian tanggung seketika ikut menikmati dan berbagi tertawa.

Dia adalah pemilik sebuah akun blog yang selalu saya kagumi tulisan-tulisannya. Penulis yang saya kagumi atas kemampuannya berakrobat dengan kata-kata manis yang begitu jujur dan sederhana. Penulis, yang saya harap suatu hari bisa saya lihat bukunya terpampang di setiap toko buku yang saya datangi.

Dia, adalah sosok yang selama ini memutar dunia saya. Memberikan banyak perubahan yang awalnya tak pernah saya sangka. Meniupkan harapan, menjawab pertanyaan dalam satu jentikan.

Setahu saya, menyibakan harapan bisa-bisa malah memberikan beban. Akan tetapi kamu pasti tahu, banyak doa dari saya yang tak perlu disebutkan secara lantang. Setidaknya, izinkan saya menitip sedikit bisik melalui hujan malam ini.

We are happy to have you. Keep making us proud, like you always do.

Happy birthday once again! :*


Di detik-detik terakhir hari milik kamu berakhir, Libra! :D
*ngos-ngosan*

Thursday 14 October 2010

ironic.

Beritahu aku sejuta kelebihanmu dan akan aku beri satu alasan,
“Bukan kamu yang kuinginkan.”

Katakan padaku sejuta mimpimu dan aku akan jawab,
“Aku punya mimpi sendiri dan tak ada kamu di sana.”

Salahkan aku bila mengecewakanmu, memangkas harapanmu, dan aku salahkan karena kamu mencoba hadir. Menerobos tanda bulat merah dan strip putih di tengahnya yang telah aku buat. Untuk apa mengabulkan harapan penerobos rambu-rambu? Aku tak ingin kamu menerobosku lebih jauh.

Jadikanlah takdir alasan. Jadikan saja!! Silakan bilang jika kita memang digariskan untuk bersama. Karena terkadang aku membuat seribu rencana, ketika Tuhan hanya membuat satu. Silakan coba memberikan alasan yang menurutmu paling logis. Kita lihat, apakah logikamu mampu mengalahkan perasaanku.
“It’s like ten thousand spoons when all you need is a knife.” (Ironic – alanis morissette)

Ditulis November 2008

Wednesday 13 October 2010

Pilihan.




Bagi perempuan itu, air mata berbicara sekian kali lebih lantang daripada kata-kata yang dapat keluar dari mulutnya. Tapi, apakah kelantangan yang berkali lipat dapat menjelaskan maksud yang ia ingin sampaikan?

Bagi sang lelaki, bentuk emosi seperti air mata dan kata-kata baru bisa ia produksi setelah mengonsumsi beberapa butir anti depresan dengan dosis yang sedikit dilebihkan. Tapi, apakah bentuk emosinya akan cukup membantu?

Aku sudah lama tidak menangis. Si perempuan berkata bahwa kepekaan diriku sudah hilang. Hm, benarkah? Aku tau, mereka sedang mengalami satu fase berat dalam hidup mereka, walau sebenarnya mungkin tidak seberat itu. Jahat? Ya, katakanlah aku jahat dan tidak peka. Tapi adakah yang bisa diselesaikan dengan menangis dan menenggak anti depresan yang semakin membuat mereka terlihat menyedihkan? Bahkan aku rasa mereka sebenarnya tidak sedepresi itu.

Mengapa tidak berfikir untuk segera menyelesaikan "satu-satunya" hal yang harus dilalui untuk mencapai pernikahan? Ya, si perempuan adalah temanku. ia dan pacarnya ingin segera menikah. Dan menurut mereka, satu-satunya syarat untuk mencapai pernikahan adalah lulus kuliah. Tapi toh kuliah mereka pun keteteran.

“Kamu produk masa kini yang terlalu matrealistis dalam memandang pernikahan!

Monday 11 October 2010

the first thing that popped up when I wake up

Hari itu (9/10) saya habiskan di tempat kost-kostannya di kawasan Setrasari.

Sudah lama. Bahkan terlalu lama, kami tidak menghabiskan waktu berdua saja. Bergelung di tempat tidurnya yang menghadap jendela besar, bercerita dengan mata terpejam. Kemudian terbangun dan menyalakan televisi untuk mengomentari berita-berita yang sedang disiarkan, atau menghubungkan diri dengan dunia maya dan membahasnya dalam dunia nyata.


Saat itu kami sampai di kostannya pukul 06.30 pagi. Makan gorengan sambil menonton televisi dengan setengah peduli. Tertidur setelah ‘satu batang dulu’ dan terbangun ketika matahari sedang berada tepat di atas kepala kami.

Satu waktu dihabiskan dengan menertawakan sifat impulsif diri sendiri, beralih menahan tawa menganalisa twitter tentang drama di balik sebuah konser rock yang konon terbesar se-Asia Tenggara, lalu kami melentur mencari draft Playboy Indonesia yang terkena pasal asusila dan mengharuskan Erwin Arnada dipenjara. Sampai pada yang lebih ringan, membahas para slacktivist, journos, dan teman di lingkungan yang tampak menjadikan ruang yang menyenangkan itu (twitter) sebagai eskapisme. Haha. No. No hard feeling.

Lupakan isu-isu tersebut. Hari itu, isu hanyalah pelengkap. Sedangkan yang sedang kami bahas secara diam-diam adalah hubungan kami sendiri.

Saya dengan dia dipertemukan di jurusan yang sama ketika awal perkuliahan. Awalnya hanya tahu-sama-tahu, karena walaupun saya asli Bandung dan dia asli Balikpapan, toh dunia pun tak seluas yang kita tahu. Baru empat tahun, tapi tak bisa didebat bahwa kami sudah saling mengenal seperti kami mengenal diri kami sendiri. Rasanya ada yang kurang jika fase hidup kami tidak diketahui satu sama lain. That's so sweet, tapi persahabatan kami mempunyai kadar “sweet” yang berbeda. Maksudnya, bukan tipikal persahabatan yang manggil partnernya beb/ay/darl/ apapun yang menunjukkan betapa dalam pertemanan mereka. Kami tetap memanggil nama satu sama lain. But, believe me, we’re deeper than that.

Seperti yang pernah saya bilang, dunia memang berputar dan menghantarkan kami pada tempat-tempat yang selalu berbeda. Entah berapa lama, entah berapa jauh. Tapi menyenangkan sekali ketika kita tahu, ada seseorang di luar sana yang dapat didatangi dan mendatangi sewaktu-waktu.

Bangun tidur, 12/10/10
12. 28 PM

Monday 4 October 2010

Mendadak Bangkok

Semuanya berawal dari impian selintas. Saya, ingin sekali bekerja di tempat yang memungkinkan saya pergi ke suatu tempat tanpa mengeluarkan biaya. Impian selintas lalu yang bahkan belakangan ini saya sempat lupa. Hehe. Sampai kemudian, tanpa disangka, ada tawaran untuk meliput kegiatan salah satu sekolah yang akan mengikuti festival budaya di negeri gajah putih, dari tempat saya bekerja.

Menolak? Rasanya tidak mungkin. Hehe. walaupun awalnya sempat ragu dan bermaksud mengundurkan diri gara-gara beberapa hal, akhirnya saya terima dengan segala konsekuensi. Di antaranya, coba lihat foto di atas. Ya, mengingat saya ikut rombongan sekolah swasta islam, selama perjalanan saya dianjurkan memakai jilbab. Hmm, awalnya berat karena rasanya belum siap di segala aspek. Tapi, sudahlah. Lagipula itu sebuah pengalaman besar atas pekerjaan dan liburan. Terlalu sayang bila dilewatkan.

Kendala lainnya adalah, karena waktu yang sangat mendadak (saya diberi kabar 3 hari sebelum keberangkatan) saya tidak sempat membuat NPWP. Tak terbayang jika biaya fiskal sebesar Rp 2,5 juta harus ditanggung sendiri. Hehe. Belum lagi ketika googling, batas menggunakan NPWP orang tua adalah umur 21. Sementara umur saya 23. Untunglah kata om-nya pacar, kalo untuk mahasiswa sebelum 25 tahun masih bisa menggunakan NPWP orang tua asal bawa KK. Oke, persyaratan dan packing sudah siap, tanggal 16 Agustus dini hari saya sudah berada di sekolah tersebut untuk keberangkatan. Kami take off dari bandara soekarno-hatta pukul 12.30 menggunakan Thai Airways.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...