Tuesday, 7 December 2010

#7 Tree Hugger dan Kareumbi




Kamu itu, terlalu banyak mendongak.

Haha. Salahkan saja keindahan yang selalu berada di atas dan menaungiku.

Bulan, pohon, lalu apa?

Bukankah akan lebih menyenangkan jika kau menemukannya sendiri?

Siang itu kami menggelar tikar. Berlindung dari tatapan matahari dengan bersembunyi di bawah rindang pepohonan. Kau yang rakus tak kunjung berhenti mengunyah, sedangkan aku dengan cerewet memunguti remah-remah. Berharap burung ikut menikmati santapan piknik sederhana di Minggu pagi yang cerah ini.

Lalu, ada apa dengan pohon? Apakah lagi-lagi kau tak memiliki alasan?


***
Menanam satu buah pohon milik saya sendiri adalah cita-cita yang awalnya saya kira masih mengawang-awang. Apalagi dengan halaman rumah yang tidak terlalu luas. Di depan rumah, memang ada 2 pohon Angsana yang ditanam ayah sejak kami pindah ke rumah itu. Umurnya sudah 17 tahun. Tapi saya selalu ingin menanam pohon yang benar-benar milik saya. Seutuhnya.

Kemudian setelah browsing-browsing, saya mendapatkan website menarik tentang pengadopsian bayi pohon. Namanya seram, haha. Tapi program ini benar-benar brilian. Di sini kamu bisa jadi wali pohon. Sistemnya, setiap orang bisa berpartisipasi menanam pohon dari jarak jauh melalui internet. Ya, kamu bisa menanam secara online! Pohonnya? Tentu sama sekali bukan pohon maya. Kita bisa pilih satu dari tiga jenis pohon untuk ditanam di Lombok. Memang tidak ikut menanam langsung, tapi kita bisa memantau pertumbuhan si bayi pohon lewat google earth! Itu salah satu alternatif jika kamu termasuk orang yang intens berada di depan jendela maya.

Sementara jika kamu berdomisili di daerah Bandung, Garut, atau Sumedang, ada sebuah wilayah yang memang dibuat khusus untuk para wali pohon yang ingin mengadopsi baby tree dengan jenis yang berbeda-beda. Adalah Kareumbi di daerah Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Awalnya, terdapat 350 hektar lahan di kawasan Kareumbi yang berada dalam kondisi kritis akibat penebangan. Reboisasi di kawasan itu tentu membutuhkan dana gak sedikit. Untuk itulah dibuat rancangan kegiatan yang membuka kesempatan untuk kita yang ingin membantu mengembalikan hutan pada khitahnya.

Programnya bernama wali pohon Kareumbi. Prosesnya benar-benar seperti adopsi. Dengan membayar Rp 50.000 untuk seumur hidup, kita bisa menanam pohon dan memberi nama semau kita. Sang wali juga dikasih sertifikat (semacam akte kelahiran) pohon, lalu resmilah menjadi orangtua angkat. Semuanya tentu gak berakhir di sana. Yang terpenting adalah komitmen untuk memastikan bahwa kita tidak sekedar menanam. Si pohon harus mampu survive dan tumbuh. Tapi jangan khawatir, karena masalah perawatan sehari-hari bisa kita percayakan pada warga sekitar Kareumbi.

Betapa menyenangkan dan memudahkan. Untukku yang selalu kesulitan mengurangi konsumsi tisu, sepertinya menjadi wali pohon itu sangat perlu. Apalagi nanti jika berlembar-lembar kertas sudah dibuang atas nama revisi skripsi. Ehm.

***

Jadi, kau sudah menjadi wali pohon?


Belum! hahaha. Makanya, aku ingin mengajakmu.

Lagakmu. Kukira kau sudah menjadi ibu panti buat pohon-pohon randu kesukaanmu itu.


Aku juga malu. Akuilah, manusia memang selalu memiliki banyak alasan untuk menunda-nunda


Sekarang, kamu menyalahkan kodratmu sebagai manusia dan menjadikan itu pembenaran?


Memang seharusnya tidak ada alasan untuk menunda. Tapi....


Dan seharusnya tidak ada “tapi”!


Hahaha. Ia tergelak. Aku pun. Hanya saja, bagianku ditambah pipi yang bersemu merah menahan malu. Setelah aneka kemudahan yang ditawarkan, seharusnya memang kita tidak menunda dengan berbagai alasan.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...