Friday 31 December 2010

2010


“Maybe I'll keep my real resolutions in my heart. Only me and God will laugh if I fail pursue them in the end of 2011.”


That was I said in twitter this afternoon. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya lebih suka menulis apa saja yang saya alami di tahun yang telah dilewati. Semacam bersyukur dan mendokumentasikan waktu. Soal resolusi atau harapan? Biarlah saya dan Tuhan saja yang tahu. Agar kelak, di penghujung tahun, saya dapat berbagi senyum kemenangan atau kegetiran bersama-Nya.

So this is the things I could remember in 2010 :

  1. Tuan Rusa and I started 2010 by making video clips for "Cinta Itu Sengit", a song from Cholil ERK. Not the official video clip, we're just doing it for fun.
  2. Resign from previous job that less appropriate in the early years and now alhamdulillah just had three enjoyable jobs. Two as a journalist and other as a social media handler.
  3. Vertical relationship that seems satisfactory enough
  4. Anniversary and other pleasant romance with Tuan Rusa. Too many to tell. I am happy to keep it just for us :)
  5. Almost duped millions of Indonesian Rupiahs. Modus : accidents of family members. Errr I'm being somewhat paranoid for months.
  6. Bought myself gadgets with my own sweat.
  7. Being robbed. He took my mobile phone, wallet, identification cards, and favorite bag. Worst experiences in 2010 but got a lot of lessons. And also the prestigious title : S.Ikh (Sarjana Ikhlas). HAHA.
  8. Travel job to Thailand. Writing about cultural festival.
  9. Camera Obscura, Kings of Convenience, Jens Lekman, and Smashing Pumpkins Concert! Also interviewing Jens Lekman for this.
  10. Got a very cutie niece that I can tickle every time right in his tummy!
I fell in love with myself when i underwent 2010. Many achievements come beyond estimates. Oh hopefully next year could be deeper! Well, that’s what I remember. Since I was weak against the memory recall, please kindly allow me to add it at any time :)

So, what's yours?

2010 : It's so hard to let you go
2011 : I'm ready whenever something
really special might come

1/1/11 - 2:13

Saturday 18 December 2010

Failure


Jadi, dengan berat hati dan sangat menyesal, saya mengaku gagal dalam misi #30harimenulis. Kenapa? Sudah 4 hari terlewati dengan postingan yang nihil. Huhu.

Saya rasa sebaiknya tidak perlu banyak beralasan, karena jatuhnya akan jadi pembenaran. Kecewa sih karena saya gagal tepat di setengah jalan. Pengen rasanya bikin surat dokter buat dapet dispensasi. Tapi ya sudahlah.

Setelah mengikuti misi ini, saya berteori. Bahwa menulis itu memang bisa terganggu oleh jadwal yang padat, tapi bukan oleh mood yang tersendat. Karena sebenarnya sangat bisa dipaksakan. Cari ide penulisan juga sebenernya mudah. Banyak yang bisa diangkat, baik dari kehidupan masa kini, masa lalu, atau masa depan.


Mari bijaksana menghadapi kegagalan. Intinya, selalu ada pembelajaran dari setiap hal yang dikerjakan. Semoga semangat menulis tidak hilang setelah misi ini gagal :p Terima kasih @maradilla telah memperkenalkan #30harimenulis dan membuat saya menorehkan sejarah. Menulis 14 hari berturut-turut!

Dengan berat hati, Dil... maafin saya belum berhasil :)
*lambai-lambai bendera putih*

Failure is always the best way to learn
Retracing your steps until you know
Have no fear your wounds will heal

(Failure - Kings of Convenience
)

Wednesday 15 December 2010

#14 Vita Luna!

Well you need a blue sky holiday
The point is they laugh at what you say
And I don't need no carryin' on..
You had a bad day!

(Daniel Powter)

Pagi ini dimulai dengan jadwal liputan yang gagal. Kegagalan liputan berakhir dengan nonton Narnia. Bukan, saya bukan mau mereview filmnya. Baiklah, saya teruskan. Setelah menonton kemudian potong rambut, dan makan di salah satu tempat favorit dengan tema pembicaraan skripsi. Sampailah semangat saya meletup-letup. Ada keyakinan dan semangat buat bisa beresin secepatnya. Nice.


Lalu sampai rumah dan mendapat kabar yang dengan suksesnya mendistraksi.

Kenapa mudah sekali terdistraksi, ya? Menumbuhkan semangat itu susah, tapi mematahkannya terlalu mudah. Kadang niat yang susah-susah dibuat, rencana yang demikian apik diatur, harus berantakan gara-gara hal sepele yang harusnya disentil dikit doang bisa K.O. Haha.


Niat menghibur diri, twitter diharapkan jadi sarana eskapisme lagi. Bersiap dihibur. Namun ternyata masyarakat twitter juga butuh hal yang sama. Melepaskan kekesalan lewat 140 karakter dan membutuhkan teman yang bisa mengerti. Kawan yang terjebak macet parah saat bubaran kantor di ibu kota, yang sudah enek menghirup timbal setiap hari, teman lainnya yang masih magang ditinggal sendiri di kantor sementara pegawai lain pulang, lalu yang harus menghabiskan waktu 2 jam untuk bolak-balik Tebet-Sudirman saking penuhnya KRL, yang belum juga mendapat panggilan kerjaan sesuai yang diimpikan. Akh.


VITA LUNA!

Crazy Life!

Photo via (ache)

Monday 13 December 2010

#13 Her December

You take a big leap, dear...

Fly away to Newcastle at the time you reach your new life. You left us for a while, but i do hope you reach those "happiness" forever.


One thing that i know for sure, no matter the snow becoming thickened in that wintry weather, You, over there, don't need any liquor to build a warmth in your body, don't you? Cause i can see you already have an odd warm feeling, united with the heartbeat that absorb thoroughly :">


This December is your favor, dear. This thirteen December truly yours.
Stay bold. Stay being a different color so i can easily recognize you. My gorgeous Kania!

Happy birthday, happy holiday, happy graduate, and happy with your new phase of life! :* :*

Terburu-buru,
keburu lewat tanggal 13 di GMT+7 :|

Sunday 12 December 2010

#12 eskapisme

Apakah kita terlalu tua untuk bersenang-senang?

Tidak.


Maka biarlah saja. Izinkan aku menanggalkan semua kewajibanku dan meraup sejuta kebebasan tak bertanggungjawab. Biarkan aku pergi kemanapun tanpa dikejar segala tenggat waktu. Anggap saja bukan suatu masalah pelik ketika aku mematikan telfon genggam dan enggan mengecek surat eletronik.


Kemasi barangmu tak perlu lama. Hari ini aku ingin ke pantai! Terserah jika minggu depan kau mengajakku nikmati Yogyakarta yang berparade, atau kau paksa aku taklukan Tanjakan Setan di Gunung Gede. Tapi temaniku dulu berdiri di atas pasir, hirup aroma lembab berlatar suara ombak. Menunggu sunset. Melempar pandangan sampai terantuk awan berarak. Lakukan, lakukan apa pun yang kau mau! Kecuali satu hal....


Jangan sekali-kali ingatkan aku tentang skripsi. Pun kewajiban-kewajiban lain yang harus ku urusi. Mari berpura-pura menjadi seorang sarjana yang sedang menungu panggilan beasiswa. Kita punya banyak waktu! Kita jelajahi dulu negara ini sambil menunggu tawaran menarik berwisata ke Praha.


Ya, Praha! Berlarian nanti kita di Old Town City Hall sambil berpegangan tangan. Menunggu kita di dekat Prague Astronomical Clock. Tunggu ia berdentang hingga patung Apostles Yunani berputar bergantian.


(via ache)

Lekas! Kita harus bergegas!


Sebelum seseorang meniupkan dandelion dan membuat biji-bijinya buyar. Buyar seiring khayalanku yang terbang terburai. Sampai aku terbangun dan gelisah. Sampai sesuatu memacu detak jantung dan lainnya memberi perintah;


“Hari ini, hubungi ia di sini, kerjakan ini dan buat jadi begini, lalu cek email pagi ini. Oh dan jangan lupa, kakimu masih tersangkut juga di universitas itu.”


Hei!! Siapa suruh bangunkanku terlalu pagi?

#11 kandang tuan rusa

“I fear three newspapers than a thousand of bayonets.”
Napoleon Bonaparte

Tulisan itulah yang akan mengucapkan “Selamat datang” padamu, sebelum kau terus melangkah masuk ke "kandang"-nya. Tulisan itu ditulis di atas karton biru, dengan ornamen dasar kertas koran entah edisi kapan. Kemudian kau harus membalas sapaan dari tumpukan tinggi berbagai koran yang ditata rapi. Terlampau rapi. Lalu tengok juga tumpukan buku fiksi dan non fiksi, majalah Tempo, Playboy, Total Film dengan edisi lengkap, sampai zine yang ia buat sendiri. Pasti akan memancing tanganmu menelusur rak-rak buku dan memilihnya untuk menemanimu di ruangan itu. Mereka lah yang pertama kali menarik perhatianku. Yang menyita waktuku di kamarnya, sambil mendengarkan sesayup lagu dari music playernya.

Kecuali kau menyukai film, mungkin kau akan bertanya dimana ia letakan koleksi-koleksi filmnya. Tentu dengan senang hati ia akan tunjukan, mulai dari film umum, film langka, hingga koleksi film yang ia simpan di dasar tumpukan kotak sepatu di sudut ruangan. Kemudian kau juga boleh meminta ia memasang proyektor untuk ditembakan ke dinding kamarnya yang bercat marun.

Sementara kau sibuk memperhatikan dan membuat berantakan barang-barang di kamarnya, ia cukup mengamatimu sambil memangku gitar. Untuk hal ini, jangan kau usik. Biarkan ia memilih menyanyikan lagu yang ia suka.

Tuan Rusa. Sebutlah begitu. Dia senang bercerita dengan segala retorika. Menceritakan pengalamannya bertualang ke suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi, pun menceritakan petualangannya mencari makna pada suatu tulisan yang belum pernah aku baca. Ia tidak akan menunjukkan perhatiannya dengan memberi bunga yang dapat layu dalam beberapa malam.

He loves to surprise you by coming down and bring something you need the most.

Lesson from me; don’t ask what he was carrying. Let it remain as a surprise.

Thursday 9 December 2010

#10 Licentia Poetica

Kenalkan, ia adalah Licentia Poetica.
Padanya kami berlindung, dari segala aturan tata bahasa.

Jika wartawan butuh atribut kartu pers untuk mendapat keistimewaan, para sastrawan cukup mengenal istilah ini saja. Aku perkenalkan kau padanya, untuk membebaskanmu dari aturan yang kadang membelenggu.
***

Licentia Poetica


Saya mengenalnya ketika membaca blog milik tuan rusa beberapa tahun lalu. Sebelumnya, selalu ada rasa gemas ketika saya sedang menulis blog dan harus menempatkan tanda baca sesuai kaidah tata bahasa. Padahal untuk menyusun rima dan intonasi, kadang dibutuhkan penggunaan tanda baca di luar pakem EYD untuk mencapai penggambaran yang diinginkan.

Kemudian datanglah ia, sang Licentia Poetica, yang membenarkan pelanggaran-pelanggaran aturan dalam penulisan sastra. Ia datang menjadi pembela atas kemerduan bunyi, keselarasan sajak, dan keseimbangan irama yang dapat menciptakan suatu fatamorgana.

Licentia Poetica hadir dalam bentuk artistic license, yang memberikan perlindungan pada para sastrawan untuk menerjang kaidah tata bahasa demi mendapatkan efek yang diinginkan. Gunakan saja kata “dan”, “tapi”, atau “yang” di awal kalimat. Tidak ada yang akan mengurangi nilaimu jika kata-kata tersebut disimpan setelah titik. Atau gunakan saja koma sebanyak-banyanya, pada setiap akhir kata, untuk menyampaikan pesan yang kau inginkan. Bagian terpenting adalah “rasa” yang diciptakan akan sampai.

Tapi tentu, bukan berarti bisa merusak gaya penulisan yang hakiki. Berlindung di bawah lisensi artistik ini beda cerita dengan berkubang dalam kenyamanan dan menutup mata dari EYD. Licentia Poetica bukan murni pembenaran untukmu mengobrak-abrik sistem penulisan yang sahih.

Maka berdansalah dengan padanan kata yang kau buat. Selami dan buat orang terpikat.

***

*PS : Silakan klik link ke blognya Tuan Rusa di atas, untuk dibuat terlena dalam sepucuk surat cinta tentang Licentia Poetica.

#9 the FABLE that FAILS

Saya ingat kemurungan saya ketika Arthur, kelinci kesekian yang saya pelihara, mati tanpa sebab. Mungkin ada sih sebabnya, tapi sesayang apapun saya sama kelinci, ternyata gak lantas bikin saya jadi ahli bahasa binatang. Haha.

Sejak dia mati, saya dilarang memelihara kelinci lagi. Karena track record saya sebagai penyayang binatang ternyata tidak begitu bagus di mata ibu. Pergilah Arthur menyusul Brenda, Franda, Anggodo, Jim, dan Lennon yang sudah meninggalkan saya duluan ke langit entah lapis berapa.
Di tengah kemurungan saya yang merasa begitu jahat pada kelinci-kelinci, seorang pendongeng datang (dengan niat) menghibur.

(via ache)

Kelak, ketika kau sedang dirapatkan untuk masuk ke surga atau neraka, kelinci-kelinci itu akan memberikan kau jalan yang lain. Anggodo, si ketua geng kelinci, akan bilang, “Tuhan memberi kami surga yang penuh wortel dan daun kangkung bernama gang kelinci. Tinggalah bersama kami!” Disusul ucapan Brenda si bungsu sekaligus anak bawang, “Iya, Ann. Biarkan kami membalas kebaikanmu di dunia!” Lalu kamu menjadi ratu dari geng kelinci. Disuplai semua makanan yang kau pinta.

“Makanan? Setelah kehidupan ini aku akan menghabiskan waktuku dengan tinggal bersama kelinci-kelinci dan makanan? Terus kamu dimana?" tanyaku, memotong tak terima.

“Sabar dong, belum selesai nih ceritanya! Hehe. Lalu kamu tanya kelinci-kelinci itu. Si lelaki itu dimana?”

Setelah para kelinci meretweet pesanmu, akhirnya mereka menemukan di surga mana aku berada.
Jim yang punya bakat jadi intel menjelaskan padamu, “karena semasa hidupnya lelaki itu sering memuliakan gadis-gadis Uzbek aduhai seperti kau memuliakan kami, maka diberikanlah surga yang tepat untuk mengganjar kebaikannya.” Ucapnya, sambil nyengir.

:| :| :| :| :| FAIL, story boy, fail!

***

Hahahaha! He indeed could be anything :p *geleng-geleng kepala*


benar-benar disarikan dari

omongan tuang rusa the story boy :|

Wednesday 8 December 2010

#8 Ketika Hujan

(via minebeyaz)

Apakah kau tentram di sana?


Aku masih menyayangkan keputusanmu untuk pergi dari kota ini. Jujur saja, aku tetap memiliki keyakinan, ada bagian dari kota ini yang sangat membutuhkanmu. Suatu hari nanti ketika rasa sakit hatimu pulih, cobalah tengok kemari. Tengok sejenak saja jika memang kau tak berencana kembali.

Seperti yang pernah kau katakan, kota ini semakin sesak. Kami para penduduk terlalu memikirkan masa kini. Tak mampir sepertinya ingatan bahwa kelak, anak cucu kami akan menetap dan membutuhkan banyak hal dari sini. Kami terlalu arogan, terlalu lapar mata dan kalap menikmati sumber daya yang diberikan alam.

Sejak sore, bahkan sejak beberapa hari lalu, hujan deras mengguyur sebagian Kota dan Kabupaten Bandung. Tak usahlah kau tanya komentarku. Aku yang memang tidak suka hujan pasti semakin menggerutu. Ketika waktu beraktivitasku tertunda, persediaan celana panjang habis karena semua basah, ditambah cucian yang apek. Anak tetanggaku yang baru berumur 6 bulan, hampir seminggu kehilangan waktu berjemur. Pagi hari gerimis, mendung, atau hujan sekalian. Kami rindu sinar matahari.

Barusan di perjalanan pulang, aku melihat seorang ayah mengendarai motor di tengah hujan deras sambil memegangi anaknya yang masih balita. Tanpa jas hujan, tanpa alas kaki. Pun aku melihat, seorang ibu yang menggendong bayinya, kuyup terkena cipratan banjir dari kendaraan yang melintas. Kemudian bapak tua itu tak henti berusaha menyalakan motornya yang mogok akibat terendam banjir. Memilukan. Andai saja kau lihat.

Tak cukup di situ, luapan air menerjang permukiman saudara kami, penduduk Kecamatan Bale Endah, Dayeuh Kolot, dan Bojong Soang Kabupaten Bandung. Ratusan penduduk di daerah langganan banjir mengungsi, akibat hujan yang tak kunjung berhenti. Banjir sampai sedalam 2 meter ditambah endapan lumpur, menjadikan kegiatan belajar di beberapa sekolah keteteran. Banyak buku terseret entah kemana, ditambah meja bangku terendam dan jadi tak layak guna.

Apa kau kira mereka tidak merasa kecewa? Aku pikir mereka sama. Namun mereka menerima dan bertahan. Mengamati rumahnya dari kejauhan, berdoa, berupaya, dan berharap suatu hari akan ada perubahan. Perubahan, atau sebutlah keajaiban.

Sementara aku? Kau? Kita masih diberi kenyamanan. Mengenyahkan kisut keriput di bawah selimut. Memanjakan diri sembari menyeduh kopi.

Maka, kau, tak bisakah kembali? Aku mengerti. Sulit percaya bahwa akhirnya kau harus serahkan rumah peninggalan buyutmu itu. Peninggalan buyut kita. Menyerah pada kontraktor bengis dan membiarkan semua kenangan disulap akibat imbas modernisasi.

Tapi kenangan itu disimpan dalam hati.

Pulanglah. Aku, bagian kecil dari kota ini, semakin membutuhkanmu.

Tuesday 7 December 2010

#7 Tree Hugger dan Kareumbi




Kamu itu, terlalu banyak mendongak.

Haha. Salahkan saja keindahan yang selalu berada di atas dan menaungiku.

Bulan, pohon, lalu apa?

Bukankah akan lebih menyenangkan jika kau menemukannya sendiri?

Siang itu kami menggelar tikar. Berlindung dari tatapan matahari dengan bersembunyi di bawah rindang pepohonan. Kau yang rakus tak kunjung berhenti mengunyah, sedangkan aku dengan cerewet memunguti remah-remah. Berharap burung ikut menikmati santapan piknik sederhana di Minggu pagi yang cerah ini.

Lalu, ada apa dengan pohon? Apakah lagi-lagi kau tak memiliki alasan?

Monday 6 December 2010

#6 Secret Little Sin

So you do it, you like it, but you'll always do the denial and would never admit it?

O let’s join the club!

Stalking/lurking di situs-situs jejaring sosial bisa dibilang udah jadi kegiatan yang sepele. Gak ada kerjaan, liat-liat profile orang, foto-foto, lantas? Apa masalahnya? Si pelaku umumnya ngelakuin with no hard feelings. Sebatas liat aja, gak ada kepentingan di dalamnya. Kegiatan itu adalah salah satu guilty pleasure dia, kamu, pun saya, yang selalu ingin menjelajah dunia maya dengan informasi-informasi yang kita butuhkan.

Ada juga perasaan bersalah atau membego-begoi diri ketika kita masih melihat profile jejaring sosial si mantan atau gebetannya mantan. Tapi sayangnya susah membendung temtasi buat itu. Berselancar, search, membuka akun, dan ah! Akan merasa sangat kecewa ketika ternyata akunnya digembok! Haha. Lalu merasa bersalah, karena bagaimanapun, mampir di account mantan (kalo kita masih ada perasaan sama orangnya) kebanyakan berbuntut kesel dan misah-misuh sendiri. Apalagi tiba-tiba sang mantan merubah status menjadi “in a relationship”. ouch!

Ngomongin guilty pleasure, selalu menyenangkan dan tampak tak berujung buat saya. Ketika membahas dengan teman, jawabannya pasti macam-macam. Mulai dari makan mie tek-tek tengah malam, stalking mantan, bapak menejer band yang suka SNSD, anak hardcore yang playlist-nya penuh sama Bunga Citra Lestari, nikotin, alkohol, MSG, sinetron, drunk-dial, dan banyak lagi.


Seorang personel band rock and roll Bandung yang saya wawancara pernah ditembak pertanyaan seperti itu di akhir sesi tanya jawab. “What is your most guilty pleasure, recently?” Yang dijawab dengan sangat bijak namun bikin setengah gak percaya : “Kalau udah ngerasain pleasure-nya, kenapa mesti guilty?”

Man, are you really free from these issues? I don’t believe it. You certainly have at least one, don't you? Cause i keep way too much :p

Sunday 5 December 2010

#5 Do you share a password?


With boyfriend? I do. I do know his YM, facebook, multiply, blogspot passwords, and vice versa. Tapi bukan berarti tahu password lantas bebas ngobrak-ngabrik akun pacar.

Pasangan yang berantem atau putus gara-gara si anu log in ke akun pacarnya dan menemukan sebuah keganjilan kemudian jealousy membabi buta sebelum sempat konfirmasi? Itu banyak banget kejadian ya kayaknya?


Pernah, saya ditag sebuah foto di facebook. Isinya print screen message FB milik pacar temen saya sama selingkuhannya. Dan ya, pembobolan akun pribadi oleh temen saya itu dilakukan setelah mereka putus. O please lah teman. Mau sesakit apapun perasaanmu dikhianati orang tersayang, publish pengkhianatan itu facebook malah bikin kamu terlihat lebih pathetic. Pathetic karena diselingkuhi dan pathetic karena ketahuan masih mengandalkan jalan kotor buat membuktikan perselingkuhan itu. Double pathetic. Langsunglah saya pilih remove tag. That was their probs. Not mine.


Satu hal yang masih hangat adalah teman saya yang akun-akunnya dibuka sang mantan gak lama setelah mereka putus. Mungkin penasaran, karena alasan mereka putus tak bisa diterima. Ini bukan kali pertama si mantan suka buka-buka privacy temen saya. Dan kebetulan, aksi pembobolan paskaputus itu menghasilkan sebuah fakta yang membenarkan kecurigaannya. Ya, kecurigaan kamu terbukti. Lantas? Sepertinya gak akan merubah banyak hal.


Berbagi password dengan pacar? Gak ada salahnya. Tapi yang salah adalah ketika kamu insecure berlebihan. Melakukan hal-hal kecil namun konyol seperti mengaktifkan YM pacarmu dan ingin tahu siapa yang akan menyapa, lalu membalas sapaan dengan berpura-pura jadi si pacar. Atau membalas wall mantannya pacar di FB si pacar, membuka DM twitter, message archive YM, dan lainnya. Ayolah, sikapi bagi-bagi password itu dengan bijak. Bukan cuma pacar kamu yang malu kalo kamu hacking akun dia dengan hal-hal konyol kayak tadi. Karena yang paling malu itu harusnya kamu.


Hal yang sama berlaku buat inbox SMS. Dan ini bukan hanya ke pacar. Dulu, ada sekelompok teman saya yang melumrahkan diri membuka inbox SMS temennya. Buat saya itu bener-bener gak sopan. Kemudian mereka dengan enteng menyebut itu “Games SMS”. Jadilah, saya selalu paranoid berada di sekitar mereka. Semoga sekarang mereka bisa lebih dewasa :p


Kita emang seringkali menikmati bocornya informasi orang lain. Seperti isi wikileaks yang belakangan ini diburu dan diteliti banyak orang. Semua orang ingin tahu. Kita menikmati rahasia-rahasia orang yang bocor. Tapi kira-kira bagaimana dengan Megawati yang baru kena sentilan di Wikileaks? Mungkin gak bisa seringan kita menyikapi kelicinan website yang pernah dapet New Media Award dari majalah Economist ini.
Intinya, yang dirugikan pasti merasa gak terima. Yang melakukan, selalu berdalih bukti kebenaran. Sementara buat yang gak disentil, jadiin aja hiburan (kalo emang lucu).

So, try to place yourself in different positions, guys!
And feel the surprise.

Saturday 4 December 2010

#4 Tears For Affair

Shedding tears for affairs
I'm a funny little thing
I can tell you this for nothing
Affairs don't win

Can you handle one more dirty secret?
One more dirty night?
Is it true what they say?
Will it make us go blind?

(Tears For Affair – Camera Obscura)

Entah kenapa cerita-cerita FTV di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia itu hampir selalu menarik. Padahal ceritanya itu-itu saja. Saya pernah menulis di twitter : pleasant place + hot guy + annoying girlfriend + summer fling = propitious formula for FTV.


Pergilah si lelaki ke sebuah kota yang menyenangkan. Di sana ia bertemu dengan seseorang, baik itu sama-sama tersesat, atau gadis desa, atau siapapun, dengan tanpa disengaja. Kadang awalnya mereka sebel-sebelan, terus tertarik, terus si pacar cowoknya tau dan jealous dan menunjukan sikap yang sangat gak simpatik, and in the end, kita bakal tau si pacar yang menyebalkan akan kena batunya karena si cowok bakal milih summer fling.


Dari sisi saya si penonton, jujur saja itu termasuk happy ending. Tapi pasti lain cerita buat si tokoh cewek menyebalkan itu. Gimana bisa sebuah perselingkuhan yang berhasil, dianggap sebagai happy ending? Hehe. Yes. Framing it is.


So, pernah terlibat love affair? Haha. Silakan masing-masing jawab saja di dalam hati. Apakah kamu berada di posisi orang yang selingkuh, diselingkuhi, atau selingkuhan. Masing-masing mungkin punya pembenaran sendiri untuk jalan yang diambilnya. Tapi saya, untuk saya berselingkuh itu terlalu risky karena saya tidak pandai berbohong. Saya selalu berpikir lebih baik jujur dan dimarahi daripada berbohong terus ketauan. Gondok soalnya. Haha.

One thing for sure for me, sebisa mungkin janganlah selalu mengalah pada perasaan dan terjebak dalam lingkarannya. Saya pernah menulis seperti ini dalam blog terdahulu:

Memang bukan salah kamu apabila kehadiran kamu yang baru kemarin sore ini membuat saya tertegun. Pun bukan salahmu bila ternyata kita berbicara dalam bahasa tubuh yang dapat dimengerti satu sama lain. Saya membiarkanmu, bukan berarti saya tidak mau berjuang. Bukan berarti pula saya kalah. Saya hanya mengetahui kodrat saya. Bukan, bukan kodrat sebagai perempuan yang selalu menunggu. Saya bukan penuntut hak dan kewajiban sebagai perempuan. Melainkan kodrat saya sebagai pendatang. Seperti yang telah saya ucapkan berulang-ulang, saya ingin memenangkanmu tanpa ada yang harus jadi korban.
Rasanya menyenangkan jika kita bisa berbahagia tanpa merebut kebahagiaan orang lain. Tapi tetep sih, we should know what is worth and what is not worth to fighting for. Asal pinter-pinter bikin pembenarannya. TETEP. Haha. Peace and cheers!

Friday 3 December 2010

#3 a lovely coin-shaped light

“Kenapa harus bulan?” dia bertanya. Dulu, dulu sekali.

“Memang kenapa kalau bulan?" Saya memilih menjadi menyebalkan dengan balik bertanya.

“Kenapa gak bintang? Bulan kan hanya memantulkan cahaya. Sinar utamanya dari bintang,” dia, memberondongku dengan begitu banyak pertanyaan.

Eh, cahaya bulan kan pantulan dari sinar matahari!”

“Iya, non. Matahari kan bintang, dia bintang terdekat dari bumi.”

“Oh! Wah, baru tahu. Hehe. Tapi tetep aja. Bulan.”


Itu kali pertama dia begitu banyak bertanya.


***

Saya menyukai bulan karena ia selalu hadir dalam saat-saat penting yang ingin saya ingat. Ada yang menggelitik setiap saya melihat penampakannya. Seperti saat saya melakukan perjalanan dari Bogor ke Bandung bersama seorang sahabat, candra Agustus 2007.

Saya dan dia menjadikan Kota Bogor sebagai wadah eskapisme selama dua bulan. Kota hujan dan angkot itu mengikat kami dalam cara yang tak biasa. Di Cipularang dalam perjalanan pulang, sebuah purnama yang terlampau besar dengan cahaya jingga kemerahan, membentang di hadapan. Minta dikejar! Itulah bulan yang paling indah. Menyambut saya dan dia menuju gerbang realita dan meninggalkan cerita yang telah diretas bersama.

Saya, begitu percaya bulan memberi banyak makna yang terlalu sulit untuk dibahasakan.

***

Awal bulan April 2009, beberapa minggu setelah tempo hari dia banyak bertanya, kami bertemu kembali. Tidak, kali ini dia tidak memaparkan kelebihan bintang daripada bulan. Mungkin dia menyerah karena saya tak kunjung memberi alasan. Kali ini pun, dia sudah terbiasa dengan kebiasaan saya mendongakan kepala ke arah langit sesekali. Sebentar saja. Memastikan sedang seperti apa penampakannya.

Mendongak, tak bergeming. Saya memberi isyarat lewat tangan. Lihat, lihat ke atas! Sebuah 'halo' besar mengelilingi bulan. Sangat Besar, bersih, dan tebal, tepat di atas kepala kami. Ya. Dia datang lagi. Pada sebuah momen yang sangat berarti.

Tanpa butuh banyak alasan, sekarang kamu pasti mengerti. Betapa bulan, selalu hadir dalam saat-saat yang selalu ingin saya ingat.


Thursday 2 December 2010

#2 achievement

Ada cerita yang menarik ketika saya meliput sebuah pameran siswa SMK se-Jawa Barat beberapa hari lalu. Pada dasarnya kreasi anak-anak SMK memang selalu memukau sih buat saya. Kadang saya merasa mereka mencuri “start” dari anak-anak SMA yang pada level tersebut umumnya masih bingung kelak mau jadi apa. Haha.

Kembali ke topik, di stand kemarin saya baru tau bahwa SMKN 3 Bogor punya Jurusan Kecantikan Rambut. Gila, bener-bener gak kepikiran ada pendidikan formal yang mendalami bidang ini. Salah satu pelajaran favorit jurusan ini adalah “Up Style” yaitu praktek kreasi tatanan rambut. Dari pelajaran tersebut, berangkatlah seorang siswa bernama Juli ke Kanada dengan bekal beasiswa.

Kemudian minggu sebelumnya saya meliput tim basket SMAN 9 Bandung. They’re top notch. Salah satu siswinya, berangkat ke Amerika untuk menonton pertandingan NBA karena prestasinya di bidang basket.


See? Achievement not only can be achieved from the field of exact sciences or a job that seemed convincing! Siapa sangka seseorang bisa mendapat privilege seperti itu lewat bermain basket atau menata wig?

Benar, kadar kesuksesan orang memang berbeda-beda. Tapi saya yakin pekerjaan apapun, asal dijalani dengan benar-benar nyaman dan sepenuh hati, bisa membuat seseorang melakukan pencapaian tinggi. Ya kayak dua orang di atas. Mereka memilih jalur yang benar-benar mereka suka dan membuktikan keseriusannya lewat prestasi luar biasa.

via (icanread)

Jadi pertanyaannya, sudahkah kita merintis masa depan sesuai dengan bidang yang kita inginkan? :)

Wednesday 1 December 2010

#1 The Pilot : the first key is to write

You must write your first draft with your heart. You rewrite with your head. The first key to writing is to write, not to think
- William Forrester dalam Film “Finding Forrester”

Sering saya blogwalking dan menemukan tulisan-tulisan yang inspiratif. Bicara politik, budaya, gejala sosial, ekonomi, hukum, budaya pop, dan lainnya dengan gak dangkal. Atau mereka yang bisa merepresentasikan kegamangan hidup dan memutar mood pembaca hingga terlarut dalam akrobat kata yang dirangkai.

Sementara saya ngerasa masih gini-gini aja. Ngeblog cuma buat mimpi, curhat, galau-galauan. Padahal buat nambah referensi tulisan, aksesnya gak terlalu sulit juga. Btork tiap edisi Majalah Tempo selalu beli, tapi palingan saya buka-buka dan baca yang saya suka doang. Itu pun dikit. Akses lain, internet. Internet kurang lengkap apa sih padahal? Oh, susah sekali kayanya mengupgrade diri sendiri.

Walaupun nulis makin terasa sulit, tapi sebenernya keinginan tetep tinggi. Ceritanya buat mancing nafsu nulis, beberapa kali saya bikin proyekan. Proyekan bikin blog baru di sini (sebelumnya pake multiply), proyekan ngeblog bareng temen-temen, proyekan ina-ini-itu. Ujung-ujungnya stuck lagi. Sekarang mendingan sih, sebulan dapet deh 5 posting.

via (ache)

Dulu saya bilang akan menulis (di blog) jika saya ingin. Tentang hal apapun dan tanpa paksaan. Kemudian bosan dan ingin menulis yang dapat bermanfaat. Eh ternyata mikir bagaimana cara membuat tulisan berguna buat orang itu malah menyurutkan hasrat posting. Dari situlah blog saya hiatus. Hasrat nulis tetap ada, tapi enggan diposting karena mikirnya.... Gak penting.

Kemudian lewatlah bisikan William Forrester kepada Jamal Wallace di Film “Finding Forrester” ke telinga saya. Mulailah menulis. Jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis.

Benar juga. Jadi saya coba tantangan yang sebenernya sejak berbulan-bulan lalu seliweran di timeline twitter saya. @maradilla adalah salah seorang penggagasnya. Dari beberapa bulan kemarin, kerap kali saya mikir buat ikutan misi #30harimenulis dan sedetik kemudian geleng-geleng kepala. Gak mungkin, ah. Di tengah deadline ina-ini-itu termasuk the deadly deadline : Skripsi. Tapi toh banyak orang hebat yang pasti lebih sibuk dari saya, berhasil menamatkan misi ini.

Kemudian makin sini makin penasaran. Sejauh apa saya bisa komit di sini. Mau gak mau sih ujung-ujungnya harus dianggap deadline beneran. Anggap aja tiap jam 12 malem #30harimenulis ini harus naik cetak.

So, yes it’s a dare. Kita lihat seberapa lama saya bertahan :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...